Saturday 16 November 2013



KELEBIHAN PENGAJIAN TALAQQI YANG BERSANAD ATAU  IJAZAH ILMU PENGAJIAN HADIS-HADIS..

ISTILAH SANAD


Setiap ilmu bersanad yang dipelajari mempunyai tali dan rantaiannya (rantaian emas), daripada guru-guru kami sehinggalah kepada Baginda Rasulullah SAW. Kita mohon kepada agar dia sentiasa mengurniakan rahmat dan berkah hasil daripada ilmu-ilmu yang kami pelajari disini.
Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadits yang harus ada pada setiap hadist, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisakan. Suatu berita tentang rasulullah SAW (matan) tanpa ditemukan rangkaian atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat disebutkan hadits, sebaliknya suatu susunan sanad, meskipun bersambung sampai rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya, juga tidak bisa disebut hadist.
Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadist, matan dan sanad diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya penelitian terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari rasul atau bukan.Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits tersebut, yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari’at islam.

Sanad” adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar sanada, yasnudu (يسند سند), artinya: “sandaran” atau “tempat bersandar” atau “ tempat berpegang” atau berarti “yang dipercaya” atau "yang sah”, sebab hadits itu selalu bersandar padanya dan dipegangi atas kebenarannya.[1]

Sedang menurut istilah ialah:
السند هو سلسلة الرجال الموصولة للمتن
Sanad ialah silsilah matarantai orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadits.[2]
الأخبار عن طريق المتن
“pemberitaan tentang jalan (yang dilalui) matan”[3]
السند هو سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن صدره الأول
Sanad  ialah matarantai para perawi yang memindahkan hadits dari sumbernya yang pertama.[4]

Adapun definisi sanad menurut buku yang disusun oleh Drs. H. Mudasir yaitu: Kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena setiap hadits selalu bersandar kepadanya. Adapun tentang arti sanad menurut istilah, terdapat rumusan pengertian. Al-Badru bin Jamaah dan At-Tiby mengatakan bahwa sanad adalah:
الأخبار عن طريق المتن
Artinya:
“Berita tentang jalan matan”

Sebagaimana ulama ada yang mendefinisikan:
سلسلة الرجال الموصلة للمتن        
Artinya:
“Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadits), yang menyampaikannya pada matan hadits”.

Ada juga ulama yang mendefinisikan:
سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن مصدره الأول
Artinya:
“Silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama”.

Dari definisi di atas, maka yang dimaksud dengan istilah”silsilah orang” ialah susunan atau rangkaian matarantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah Saw., dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan dan lainnya merupakan suatu materi atau matan hadits.[5]
Oleh sebab itu, yang dinamakan sanad hanyalah yang berlaku pada sederetan matarantai orang-orang, bukan dari sudut pribadi secara perorangan, sebab sebutan untuk perorangan yang menyampaikan hadits adalah perawi atau rawi.[6]

إِنَّ هَذَا العِلْمَ دِينٌ فَانظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
“Sesungguhnya ilmu ini (ilmu riwayat) termasuk urusan agama. Oleh kerana itu, perhatikanlah daripada siapa kamu mengambil ajaran agama kamu”
Abdullah bin al-Mubarak (181H/797M) juga ada menyatakan kepentingan ilmu sanad ini dalam ungkapannya:
الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ وَلَوْ لا الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
“Rangkaian sanad itu merupakan sebahagian dari agama. Kalau bukan kerana masih bertahan sistem sanad, pasti siapapun akan mengatakan apa sahaja yang dingin dikata”

UNTUK RUJUKAN HUBUNGI : AL-FAQIR ZAIDAN SAFARI
H/P 01132909906  &  03-42651007
ALAMAT MAAHAD TAHFIZ DARUL ULUM WAL ISNAD
NO 64 LORONG TANJUNG, KAMPUNG SRI TANJUNG,
KAMPUNG MELAYU AMPANG, AMPANG SELANGOR

SESI PENGAMBILAN TAHUN 2014
TEMPAT ADALAH TERHAD JIKA BERMINAT BOLEH HUBUNGI AL-FAQIR ZAIDAN BIN SAFARI.. 




Mengapa harus ke Yaman?? - Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad
...............................................................................

Mengapa harus ke Yaman?

Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam bukunya Risalatul Muawanah mengatakan, ‘Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin al-Imam Ja’far Shadiq, ketika menyaksikan munculnya bid’ah, pengobralan hawa nafsu dan perbedaan pendapat yang makin menghangat, maka beliau hijrah dari negerinya (Iraq) dari tempat yang satu ke tempat yang lain hingga sampai di Hadramaut, beliau bermukim di sana hingga wafat.

Mengapa Imam al-Muhajir memilih Hadramaut yang terletak di Negara Yaman sebagai tempat hijrah ? Imam al-Muhajir memilih Hadramaut sebagai tempat hijrahnya, kerana beberapa faktor, pertama peristiwa hijrahnya al-Husein dari Madinah ke Kufah, di mana Ibnu Abbas memberikan nasehat kepada Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib ketika hendak berangkat ke Kufah. Ibnu Abbas menasihati agar beliau pergi ke Yaman karena di negeri itu para penduduknya menyatakan siap untuk mendukung Imam Husein. Sejarah membuktikan bahwa keturunan Imam Husein sampai saat ini mendapat dukungan di sana.

Kedua, keistimewaan penduduk Yaman yang banyak disebut dalam alquran dan hadits. Allah swt berfirman : Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas (pemeberian-Nya) lagi maha mengetahui. Dari Jabir, Rasulullah saw ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib’. Ibnu Jarir meriwayatkan, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rasulullah saw, beliau berkata, ‘Kaummu wahai Abu Musa, orang-orang Yaman’. Dalam kitab Fath al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 surat al-Maidah, Umar berkata, ‘Saya dan kaum saya wahai Rasulullah’. Rasul menjawab, ‘Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy’ari’. Ketika Allah berfirman dalam surat al-Hajj ayat 27 yang berbunyi : Dan serukanlah kepada umat manusia untuk menunaikan ibadah haji, niscaya mereka akan datang ke (rumah Tuhan) mu dengan berjalan kaki dan dengan menunggang berbagai jenis unta yang kurus, yang datangnya dari berbagai jalan yang jauh. Ayat ini turun kepada nabi Ibrahim as, setelah menerima wahyu tersebut beliau pergi menuju Jabal Qubays dan menyeru untuk menunaikan haji. Dan orang pertama yang menjawab dan datang atas seruan Nabi Ibrahim as adalah orang-orang’. Allah swt berfirman dalam surah al-Nashr ayat 2 : ‘Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan beramai-ramai‘. Berkata Shadiq Hasan Khan dalam tafsirnya dari Ikrimah dan Muqatil, ‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan manusia pada ayat itu adalah orang-orang Yaman, mereka berdatangan kepada Rasulullah untuk menjadi kaum mu’minin dengan jumlah tujuh ratus orang’. Dari Ibnu Abbas berkata : Nabi kita ketika berada di Madinah berkata, ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar, telah datang bantuan Allah swt dan kemenangannya dan telah datang ahlu Yaman. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah saw : Siapakah ahlu Yaman itu ? Rasulullah saw menjawab : Suatu kaum yang suci hatinya dan lembut perangainya. Iman pada ahlu Yaman, kepahaman pada ahlu Yaman dan hikmah pada ahli Yaman’. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani telah meriwayatkan suatu hadits dalam kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math’am dari Rasulullah saw berkata, ‘Wahai ahlu Yaman kamu mempunyai derajat yang tinggi. Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-baiknya manusia di muka bumi’. Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi meriwayatkan hadits dari Salmah bin Nufail, ‘Sesungguhnya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini’. Dengan isyarat yang menunjuk ke negeri Yaman. Masih dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Sayuthi meriwayatkan hadits marfu’ dari Amru ibnu Usbah , berkata Rasulullah saw, ‘Sebaik-baiknya lelaki, lelaki ahlu Yaman.

Faktor lain yang menjadi pertimbangan Imam al-Muhajir hijrah ke Yaman dikarenakan masyarakat Yaman mempunyai hati yang suci dan tabiat yang lembut serta bumi yang penuh dengan keberkahan, sehingga Rasulullah saw memerintahkan hijrah ke negeri Yaman jika telah terjadi fitnah.

Diriwayatkan dari Ibnu Abi al-Shoif dalam kitab Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar al-Ghifari, Nabi saw bersabda, ‘Kalau terjadi fitnah pergilah kamu ke negeri Yaman karena disana banyak terdapat keberkahan’.

Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah al-Anshari, Nabi saw bersabda, ‘Dua pertiga keberkahan dunia akan tertumpah ke negeri Yaman. Barang siapa yang akan lari dari fitnah, pergilah ke negeri Yaman, Sesungguhnya di sana tempat beribadah’.

Abu Said al-Khudri ra meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, ‘Pergilah kalian ke Yaman jika terjadi fitnah, karena kaumnya mempunyai sifat kasih sayang dan buminya mempunyai keberkahan dan beribadat di dalamnya mendatangkan pahala yang banyak’.

Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan dari Rasulullah saw, ‘Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya dan mereka mencintai Allah. Bersabda Nabi saw : mereka adalah kaummu Ya Abu Musa, orang-orang Yaman’.

Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa yang mencintai orang-orang Yaman berarti telah mencitaiku, sesiapa yang membenci mereka bererti telah membenciku’.

*disalin daripada fb habib mahdi alhamid madrasah tazkiyyah.

Apalagi, jom lah wahai para sahabat ku kita ke bumi Yaman di akhir zaman yang penuh dugaan ini..
Wallahu'alam.~via Taha Alyahy

No comments:

Post a Comment