KELEBIHAN
PENGAJIAN TALAQQI YANG BERSANAD ATAU
IJAZAH ILMU PENGAJIAN HADIS-HADIS..
ISTILAH
SANAD
Setiap ilmu bersanad
yang dipelajari mempunyai tali dan rantaiannya (rantaian emas), daripada
guru-guru kami sehinggalah kepada Baginda Rasulullah SAW. Kita mohon kepada
agar dia sentiasa mengurniakan rahmat dan berkah hasil daripada ilmu-ilmu yang
kami pelajari disini.
Sanad
dan matan merupakan dua unsur pokok hadits yang harus ada pada setiap hadist,
antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisakan.
Suatu berita tentang rasulullah SAW (matan) tanpa ditemukan rangkaian atau
susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat disebutkan hadits, sebaliknya suatu
susunan sanad, meskipun bersambung sampai rasul, jika tidak ada berita yang dibawanya,
juga tidak bisa disebut hadist.
Pembicaran dua istilah diatas, sebagai dua unsur pokok hadist, matan dan sanad
diperlukan setelah rasul wafat. Hal ini karna berkaitan dengan perlunya
penelitian terhadap otentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya
dari rasul atau bukan.Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits
tersebut, yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari’at islam.
“Sanad” adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar
sanada, yasnudu (يسند سند), artinya: “sandaran” atau “tempat
bersandar” atau “ tempat berpegang” atau berarti “yang dipercaya” atau
"yang sah”, sebab hadits itu selalu bersandar padanya dan dipegangi atas
kebenarannya.[1]
Sedang menurut istilah ialah:
السند
هو سلسلة الرجال الموصولة للمتن
Sanad ialah silsilah matarantai orang-orang yang menghubungkan kepada matan
hadits.[2]
الأخبار
عن طريق المتن
“pemberitaan tentang jalan (yang dilalui) matan”[3]
السند
هو سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن صدره الأول
Sanad ialah matarantai para perawi yang memindahkan hadits dari sumbernya
yang pertama.[4]
Adapun definisi sanad menurut buku yang disusun oleh Drs.
H. Mudasir yaitu: Kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau
sesuatu yang dijadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena setiap hadits
selalu bersandar kepadanya. Adapun tentang arti sanad menurut istilah, terdapat
rumusan pengertian. Al-Badru bin Jamaah dan At-Tiby mengatakan bahwa sanad adalah:
الأخبار
عن طريق المتن
Artinya:
“Berita tentang jalan matan”
Sebagaimana ulama ada yang mendefinisikan:
سلسلة
الرجال الموصلة للمتن
Artinya:
“Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadits), yang
menyampaikannya pada matan hadits”.
Ada juga ulama yang mendefinisikan:
سلسلة
الرواة الذين نقلوا المتن عن مصدره الأول
Artinya:
“Silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang
pertama”.
Dari definisi di atas, maka yang dimaksud dengan
istilah”silsilah orang” ialah susunan atau rangkaian matarantai orang-orang yang menyampaikan materi
hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah Saw.,
dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan dan lainnya merupakan suatu materi
atau matan hadits.[5]
Oleh sebab itu, yang dinamakan sanad hanyalah yang
berlaku pada sederetan matarantai orang-orang, bukan dari sudut pribadi secara
perorangan, sebab sebutan untuk perorangan yang menyampaikan hadits adalah
perawi atau rawi.[6]
إِنَّ هَذَا العِلْمَ دِينٌ فَانظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
“Sesungguhnya
ilmu ini (ilmu riwayat) termasuk urusan agama. Oleh kerana itu, perhatikanlah
daripada siapa kamu mengambil ajaran agama kamu”
Abdullah
bin al-Mubarak (181H/797M) juga ada menyatakan kepentingan ilmu sanad ini
dalam ungkapannya:
الإِسْنَادُ مِنَ الدِّينِ
وَلَوْ لا الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
“Rangkaian
sanad itu merupakan sebahagian dari agama. Kalau bukan kerana masih bertahan
sistem sanad, pasti siapapun akan mengatakan apa sahaja yang dingin dikata”
UNTUK RUJUKAN HUBUNGI : AL-FAQIR ZAIDAN SAFARI
H/P 01132909906 & 03-42651007
ALAMAT MAAHAD TAHFIZ DARUL ULUM WAL ISNAD
NO 64 LORONG TANJUNG, KAMPUNG SRI TANJUNG,
KAMPUNG MELAYU AMPANG, AMPANG SELANGOR
SESI PENGAMBILAN TAHUN 2014
TEMPAT ADALAH TERHAD JIKA BERMINAT BOLEH HUBUNGI AL-FAQIR ZAIDAN BIN SAFARI..
Mengapa harus ke Yaman?? - Habib
Abdullah bin Alwi al-Haddad
...............................................................................
Mengapa harus ke Yaman?
Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam bukunya
Risalatul Muawanah mengatakan, ‘Imam al-Muhajir
Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin al-Imam Ja’far Shadiq, ketika
menyaksikan munculnya bid’ah, pengobralan hawa nafsu dan perbedaan pendapat
yang makin menghangat, maka beliau hijrah dari negerinya (Iraq) dari tempat
yang satu ke tempat yang lain hingga sampai di Hadramaut, beliau bermukim di
sana hingga wafat.
Mengapa Imam al-Muhajir memilih Hadramaut yang
terletak di Negara Yaman sebagai tempat hijrah ? Imam al-Muhajir memilih
Hadramaut sebagai tempat hijrahnya, kerana beberapa faktor, pertama peristiwa
hijrahnya al-Husein dari Madinah ke Kufah, di mana Ibnu Abbas memberikan
nasehat kepada Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib ketika hendak berangkat ke
Kufah. Ibnu Abbas menasihati agar beliau pergi ke Yaman karena di negeri itu
para penduduknya menyatakan siap untuk mendukung Imam Husein. Sejarah
membuktikan bahwa keturunan Imam Husein sampai saat ini mendapat dukungan di
sana.
Kedua, keistimewaan penduduk Yaman yang banyak
disebut dalam alquran dan hadits. Allah swt berfirman : Hai orang-orang yang
beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak
Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas
(pemeberian-Nya) lagi maha mengetahui. Dari Jabir, Rasulullah saw ditanya
mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu Yaman dari
suku Kindah, Sukun dan Tajib’. Ibnu Jarir meriwayatkan, ketika dibacakan
tentang ayat tersebut di depan Rasulullah saw, beliau berkata, ‘Kaummu wahai
Abu Musa, orang-orang Yaman’. Dalam kitab Fath al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat
dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 surat al-Maidah, Umar berkata,
‘Saya dan kaum saya wahai Rasulullah’. Rasul menjawab, ‘Bukan, tetapi ini untuk
dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy’ari’. Ketika Allah berfirman dalam surat
al-Hajj ayat 27 yang berbunyi : Dan serukanlah kepada umat manusia untuk
menunaikan ibadah haji, niscaya mereka akan datang ke (rumah Tuhan) mu dengan
berjalan kaki dan dengan menunggang berbagai jenis unta yang kurus, yang
datangnya dari berbagai jalan yang jauh. Ayat ini turun kepada nabi Ibrahim as,
setelah menerima wahyu tersebut beliau pergi menuju Jabal Qubays dan menyeru
untuk menunaikan haji. Dan orang pertama yang menjawab dan datang atas seruan
Nabi Ibrahim as adalah orang-orang’. Allah swt berfirman dalam surah al-Nashr
ayat 2 : ‘Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan beramai-ramai‘.
Berkata Shadiq Hasan Khan dalam tafsirnya dari Ikrimah dan Muqatil,
‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan manusia pada ayat itu adalah orang-orang
Yaman, mereka berdatangan kepada Rasulullah untuk menjadi kaum mu’minin dengan
jumlah tujuh ratus orang’. Dari Ibnu Abbas berkata : Nabi kita ketika berada di
Madinah berkata, ‘Allahu Akbar, Allahu Akbar, telah datang bantuan Allah swt
dan kemenangannya dan telah datang ahlu Yaman. Para sahabat bertanya kepada
Rasulullah saw : Siapakah ahlu Yaman itu ? Rasulullah saw menjawab : Suatu kaum
yang suci hatinya dan lembut perangainya. Iman pada ahlu Yaman, kepahaman pada
ahlu Yaman dan hikmah pada ahli Yaman’. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani telah
meriwayatkan suatu hadits dalam kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin
Math’am dari Rasulullah saw berkata, ‘Wahai ahlu Yaman kamu mempunyai derajat
yang tinggi. Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-baiknya manusia di muka
bumi’. Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi meriwayatkan hadits dari Salmah
bin Nufail, ‘Sesungguhnya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini’. Dengan
isyarat yang menunjuk ke negeri Yaman. Masih dalam Jami’ al-Kabir, Imam
al-Sayuthi meriwayatkan hadits marfu’ dari Amru ibnu Usbah , berkata Rasulullah
saw, ‘Sebaik-baiknya lelaki, lelaki ahlu Yaman.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan Imam
al-Muhajir hijrah ke Yaman dikarenakan masyarakat Yaman mempunyai hati yang
suci dan tabiat yang lembut serta bumi yang penuh dengan keberkahan, sehingga
Rasulullah saw memerintahkan hijrah ke negeri Yaman jika telah terjadi fitnah.
Diriwayatkan dari Ibnu Abi al-Shoif dalam kitab
Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar al-Ghifari, Nabi saw bersabda, ‘Kalau terjadi
fitnah pergilah kamu ke negeri Yaman karena disana banyak terdapat keberkahan’.
Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah al-Anshari,
Nabi saw bersabda, ‘Dua pertiga keberkahan dunia akan tertumpah ke negeri
Yaman. Barang siapa yang akan lari dari fitnah, pergilah ke negeri Yaman,
Sesungguhnya di sana tempat beribadah’.
Abu Said al-Khudri ra meriwayatkan hadits dari
Rasulullah saw, ‘Pergilah kalian ke Yaman jika terjadi fitnah, karena kaumnya
mempunyai sifat kasih sayang dan buminya mempunyai keberkahan dan beribadat di
dalamnya mendatangkan pahala yang banyak’.
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan dari Rasulullah
saw, ‘Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya dan mereka mencintai
Allah. Bersabda Nabi saw : mereka adalah kaummu Ya Abu Musa, orang-orang
Yaman’.
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw bersabda,
‘Siapa yang mencintai orang-orang Yaman berarti telah mencitaiku, sesiapa yang
membenci mereka bererti telah membenciku’.
*disalin daripada fb habib mahdi alhamid madrasah
tazkiyyah.
Apalagi, jom lah wahai para sahabat ku kita ke bumi
Yaman di akhir zaman yang penuh dugaan ini..
Wallahu'alam.~via Taha Alyahy